Time to read: 3 menit
Semakin tumbuh besar, Si Kecil jadi makin aktif ya Moms? Tingkah lakunya jadi semakin banyak, seperti bergerak dan berlari kesana kemari sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Namun seringkali Moms suka salah menafsirkan perilaku aktif Si Kecil dan lebih suka melabelinya sebagai anak hiperaktif. Supaya Moms tidak salah tafsir lagi, Nanny Care akan kasih tau, gimana sih bedanya anak aktif dan hiperaktif!
Tanda-tanda anak hiperaktif
Anak-anak sejatinya memang aktif dan punya rasa keingintahuan yang besar, jadi sebenarnya ini bukanlah sesuatu yang harus dikhawatirkan. Ini bisa jadi hal normal yang terjadi di masa pertumbuhan atau memang kepribadian Si Kecil.
Baca Juga : Gen Kecerdasan Diwariskan Dari Ibu, Bagaimana Dengan Ayah?
Namun, apabila orang lain atau guru di sekolah sampai menyampaikan pada Moms ada yang salah dengan perilaku Si Kecil atau masalah lainnya, ada baiknya untuk memperhatikan Si Kecil lebih dekat.
Salah satu perbedaan utama anak aktif dan hiperaktif adalah anak sulit sekali untuk memfokuskan perhatiannya pada satu hal, sehingga mengganggu kemampuan anak bergaul di sekolah dan situasi sosial.
Untuk menentukan apakah Si Kecil hiperaktif atau tidak, Moms bisa membawanya ke dokter anak. Dokter akan memeriksa daftar panjang berisi catatan perilaku Si Kecil. Ia dapat dikatakan anak hiperaktif ketika perilakunya ini sering terjadi, tidak hanya sekali, dan ketika dianggap tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Jika Si Kecil memang tergolong anak hiperaktif, kemungkinan ia akan memiliki tanda-tanda seperti dibawah ini:
- Suka berbicara
- Suka berlari dan berteriak saat bermain, baik didalam maupun diluar ruangan
- Tidak bisa diam di tempat duduknya saat guru sedang menjelaskan pelajaran dikelas
- Gerakannya cepat; cenderung ceroboh sampai menabrak orang lain atau benda disekitarnya
- Tidak bisa diam saat disuruh duduk, selalu ada dorongan untuk bergerak
- Sulit fokus pada satu hal, sehingga sering tidak menyelesaikan tugasnya dengan baik
- Sering mengganggu orang lain
- Sering melamun. Tanda lain dari anak hiperaktif adalah lebih pendiam dan tidak banyak bergaul seperti anak lainnya
Baca Juga : Jangan Takut Kotor, Ketahui Manfaat Sensory Play Untuk Si Kecil
Mengapa Si Kecil bisa menjadi hiperaktif?
Kunci untuk membedakan antara anak aktif dan hiperaktif dilihat dari aktivitas normalnya sehari-hari. Jika Si Kecil memiliki energi yang tidak ada habisnya tapi mampu berperilaku dengan baik dan berprestasi di sekolah, kemungkinan besar Si Kecil bukan termasuk hiperaktif, melainkan anak yang aktif.
Sementara banyak anak hiperaktif yang pada kenyataannya tidak terlalu energik, malah faktanya, mereka sama sekali tidak memiliki banyak energy seperti anak yang aktif, disebabkan oleh kurangnya perhatian dan gejala lainnya. Namun, penyebab paling umum anak jadi hiperaktif adalah:
Baca Juga : Waktu yang Tepat Mengajarkan Bahasa Asing Pada Si Kecil
- ADHD (gangguan defisit atensi/ hiperaktivitas)
- Hipertiroidisme
- Gangguan otak dan gangguan saraf pusat
- Gangguan psikologis
Jika hiperaktif disebabkan oleh kondisi gangguan tiroid, gangguan otak atau gangguan saraf pusat, maka Si Kecil membutuhkan pengobatan untuk mengatasi kondisi tersebut. Namun apabila hiperaktif disebabkan oleh gangguan emosional, Si Kecil akan membutuhkan bantuan dari spesialis kesehatan mental.
Tips mengatasi anak hiperaktif
1. Membuat jadwal yang terorganisir dan terstruktur
Anak hiperaktif sulit untuk mengelola kehidupannya. Oleh karena itu, Moms bisa membantu Si Kecil mengelola kehidupannya. Anak hiperaktif membutuhkan pola hidup yang terstruktur dan berulang, karena ia cenderung sering cemas ketika tidak melakukan apa-apa. Sebagai contoh, Moms bisa membuatkan jadwal makan, mandi, belajar dan tidur yang sama setiap hari.
2. Menerapkan peraturan yang mendisiplinkan Si Kecil
Setiap rumah memiliki aturannya masing-masing yang harus dipatuhi, namun banyak dari orangtua hanya membuat peraturan saja tanpa melakukannya. Anak hiperaktif membutuhkan aturan yang jelas dan konsisten. Itu sebabnya penting bagi setiap anggota keluarga mematuhi aturan yang sudah dibuat demi menerapkan disiplin positif sederhana di rumah.
Baca Juga : Usia yang Pas untuk Si Kecil Masuk Sekolah
Jangan lupa untuk memberikan pujian ketika Si Kecil berhasil memahami dan menuruti aturan yang diberlakukan. Namun ketika Si Kecil melanggar apa yang sudah ditetapkan, jangan segan memberikan konsekuensi atas perbuatannya.
3. Luangkan waktu bersama Si Kecil
Jika Moms adalah seorang wanita karir yang sibuk, setidaknya luangkanlah waktu 15 menit setiap hari untuk berdua saja dengan Si Kecil. Biarkan ia untuk menentukan apa yang akan kalian lakukan berdua untuk menghabiskan waktu. Jangan lupa untuk memuji idenya. Dengan menuruti keinginannya, memungkinkan Si Kecil akan menuruti Moms di lain waktu.
4. Ajak Si Kecil bermain diluar rumah
Udara segar dapat membantu pikiran lebih segar. Salurkan energi Si Kecil untuk melakukan kegiatan positif seperti berkebun, berkemah, atau sekedar berjalan santai.
5. Bangun hubungan keluarga yang sehat
Anak hiperaktif membutuhkan dukungan dari keluarga dan lingkungannya. Hubungan keluarga yang sehat dan harmonis dinilai lebih mampu menghadapi tantangan dalam merawat anak hiperaktif.
REFERENSI:
Providence Oregon (2020). Forms & Informations. Ask an expert: Active or ADHD – what’s the difference?. Diakses pada 11 Juni 2021.
Healtline (2020). ADHD. 14 Signs of Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Diakses pada 11 Juni 2021.
Very Well Mind (2021). Mental Health A-Z. Does Your Child Have ADHD or Is It Just High Energy?. Diakses pada 11 Juni 2021.
Mayoclinic (2019). Diseases & Conditions. Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) in children. Diakses pada 11 Juni 2021.
Hello Sehat (2021). Kesehatan Anak. Kenali Tanda dan Cara Mengatasi Anak Hiperaktif. Diakses pada 11 Juni 2021.