Time to read: 3 menit
“Anak-anak yang patuh tumbuh menjadi orang dewasa yang patuh. Mereka cenderung tidak membela diri mereka sendiri, lebih mungkin dimanfaatkan. Mereka juga hanya mampu mengikuti perintah tanpa pertanyaan, tanpa bertanggung jawab atas tindakan mereka”. –Dr Laura Markham.
Sebagai orang tua pasti ingin anak yang patuh dan penurut. Banyak orang tua yang beranggapan ketika anak mematuhi instruksi dengan baik, ini akan menghemat banyak tenaga dan waktu.
Tapi tunggu dulu Moms. Membesarkan anak jadi pribadi yang penurut dan patuh memang terlihat bagus, namun ternyata hal ini tidak baik jika dilihat dari sisi perkembangan Si Kecil lho.
Alasannya, karena Si Kecil kemungkinan akan kehilangan perkembangan kepribadiannya. Ketika nanti anak dihadapkan pada situasi dimana ia harus mengambil keputusan sendiri tanpa dampingan orang tua, ia akan kebingungan.
Baca Juga : Dampak Buruk Yang Ditimbulkan Jika Orang Tua Sering Bertengkar Di Depan Anak
Mengapa ingin membesarkan anak yang patuh dan penurut?
Memiliki anak yang patuh entah mengapa menjadi suatu kebanggan bagi orang tua, dan entah bagaimana membesarkan anak-anak yang patuh seperti menjadi tujuan akhir dari mengasuh anak.
Berhasil membesarkan anak yang patuh akan membawa dampak positif bagi orang tua – karena orang tua dianggap berhasil mendidik anak dengan benar.
Tapi kemudian, orang tua tidak ingin anak yang penurut tumbuh menjadi orang dewasa yang penurut. Kebanyakan dari mereka sering diolok-olok dan diejek orang dewasa lainnya karena menjadi orang penurut dan tidak bisa berdiri sendiri.
Baca Juga : Segudang Manfaat Pelukan Untuk Pertumbuhan Si Kecil
Faktanya, tidak ada orang tua yang dapat memprediksi apa yang akan dihadapi anaknya. Orang tua hanya bisa memberikan sumber daya batin (inner source) seperti kepercayaan diri, keberanian, semangat, dan kecerdasan.
Yang mana dari sumber daya tersebut akhirnya anak mampu untuk membela diri sendiri dan menolak jika ada orang yang mencoba untuk mengeksploitasi atau mengganggunya.
Perlu di garis bawahi, ini bukan berarti Moms tidak menetapkan batasan pada Si Kecil. Kadang, memang anak perlu mematuhi instruksi orang tua, namun bukan berarti ia tidak memiliki hak untuk berkata tidak.
Sebenarnya, orang tua masih bisa mendidik anak menjadi patuh tanpa ia harus kehilangan kepribadiannya. Caranya dengan mengajarkan anak tentang menghormati dan sifat baik lainnya. Jadi bukan semata-mata anak harus menuruti orang tua apapun perintahnya, bukan.
Namun sepertinya membuat anak bisa patuh tidak semudah membalikan tangan ya, Moms. Pada realitanya, membesarkan anak yang patuh terkadang prosesnya tidak selalu sesuai dengan harapan orang tua.
Meskipun melatih anak menjadi patuh bisa jadi membuat orang tua frustasi, tapi jangan sampai anak mematuhi ucapan dan perintah Moms karena takut dihukum.
Bisa dibilang membuat anak patuh dengan cara menakut-nakutinya dan mengancam akan berhasil, tapi jangan harap ini akan bertahan lama. Ketika anak beranjak semakin besar ia tidak akan takut lagi dihukum malah akan mengabaikan dan menganggap kecil hukuman tersebut.
Baca Juga : Sering Memuji Anak Berlebihan? Ini Dia Dampak Buruk Yang Ditimbulkan
Lalu apakah anak yang tidak patuh pada perintah orang tua itu buruk? Apakah mereka termasuk anak bandel? Simak penjelasan dari Dr. Laura Markham, founder Aha! Parenting dan penulis tiga buku terlaris tentang pengasuhan anak.
Kata psikolog tentang anak yang tidak patuh pada orang tua
Apapun yang dikatakan orang tua, anak tidak akan terima jika cara menyampaikannya kurang tepat – misalnya dengan marah-marah atau kata-kata kasar.
Jika tujuan orang tua adalah mendidik anak menjadi penurut, cara ini salah dan tidak dianjurkan. Tidak akan ada hasilnya dengan membentak dan berteriak ke anak.
Mungkin bagi Moms Si Kecil adalah anak nakal karena suka membantah bahkan mengabaikan perintah. Tapi apakah Moms pernah tahu alasan sebenarnya ia begitu?
Berikut 4 alasan anak tidak mematuhi dan menuruti perintah orang tua!

1. Anak-anak tidak merasa hal yang diperintahkan orang tua adalah prioritas bagi mereka
Si Kecil mungkin tidak paham bagaimana mandi itu sangat penting. Ketika Moms menyuruhnya mandi dan ia cenderung mengabaikan perintah bisa jadi karena ia memiliki hal lain yang sedang dikerjakan, yang tampaknya lebih penting baginya – misalnya bermain dengan mainannya.
Ini mungkin tidak terlihat penting bagi Moms, tetapi permainan anak-anak adalah pekerjaannya dan itu justru hal bagus karena Si Kecil bisa tenang dan tidak rewel saat bermain sendiri.
Solusinya – pertama, Moms bisa menjalin komunikasi dengan Si Kecil dengan memperhatikan apa yang sedang ia lakukan dan mengakui yang menjadi prioritasnya. Misal:
Baca Juga : Tes Minat Bakat Bisa Bantu Si Kecil Untuk Mengetahui Potensinya Sejak Dini
“Wah, kakak lagi seru main mobil remote control ya?! Mama juga mau ikutan dong. Bisa tunjukin cara mainnya ke mama?”
Setelah memberinya waktu beberapa saat, selanjutnya Moms bisa memperingatkan kalau dia juga punya kegiatan penting yang lainnya yaitu mandi.
“Kak, ini sudah waktunya mandi. Kamu mau mandi sekarang atau 5 menit lagi? Oke, 5 menit lagi ya, tapi tanpa ribut-ribut? Oke kalau gitu.”
2. Secara tidak sadar telah melatih anak untuk tidak memperhatikan sampai orang tua berteriak dan mengancam
Kadang Si Kecil juga sengaja mengabaikan perintah Moms, karena dia tahu dengan begitu ia bisa mendapat waktu tambahan sebelum mandi.
Si Kecil pun juga tahu jika ia tidak segera melakukan perintah, maka Moms akan terus mengulanginya sampai berteriak. Nah, ketika Moms sudah geram itu lah Si Kecil baru menurut dan bergerak melakukan yang diperintahkan.
Dengan berteriak seperti ini, secara tidak sadar telah menunjukan bahwa perintah Moms tidak serius sampai Moms berteriak.
Solusinya – alih-alih berteriak dari seberang ruangan, lebih baik dekati Si Kecil dan ajak ia bicara dengan baik. Jika ia sedang menatap layar ponsel, katakan “Nak, mama ingin bicara sebentar. Taruh dulu ya hp nya, sini lihat ke mama.”
Jangan lanjutkan pembicaraan sampai Si Kecil melakukan kontak mata, agar ia tahu kalau Moms ingin bicara serius. Apabila ia hanya terdiam ketika Moms bicara, minta ia untuk mengulangi apa yang Moms katakan.
Berikan hanya 1 peringatan untuk dia mematuhi perintah sampai batas waktu yang sudah ditentukan – jika tidak, Moms melatihnya untuk tidak menanggapi permintaan dengan serius.
3. Anak-anak tidak merasa didengar dan mereka merasa disudutkan
Jangan pernah berpikir untuk membuat anak patuh, buatlah mereka mau bekerja sama. Misalnya dengan mendengarkan pendapatnya, jika memungkinkan beri Si Kecil pilihan.
“Oke, kamu gak perlu teriak. Mama dengar kok kalau kamu gak mau mandi. Tapi malam ini kamu tetap harus bersih-bersih pakai air. Kamu mama kasih pilihan, mau mandi di bathtub dengan mainan kamu atau mandi pakai shower. Mana yang lebih kamu suka?”
4. Anak-anak juga manusia
Tidak ada orang yang suka diatur, termasuk anak-anak. Ketika anak-anak merasa di sudutkan, anak yang keras kepala akan dengan keras menolak perintah, sedangkan anak-anak yang patuh akan kehilangan inisiatif dan kemampuan untuk membela diri mereka sendiri.
REFERENSI:
Aha!Parenting.com. Obedience: Why Do You Have To Tell Them Five Times?. Diakses pada 27 Desember 2021.
Psychology Today (2017). Do You Want to Raise an Obedient Child?. Diakses pada 27 Desember 2021.
Verywell Family (2021). Strategies. How to Manage Defiant Behavior. Diakses pada 27 Desember 2021.
Wow Parenting. Social Behavior. Don’t raise an obedient child. What did we just say? Yes, its true. Diakses pada 27 Desember 2021.