Time to read: 3 menit
Bagi sebagian orang tua, TV menjadi senjata ampuh untuk menenangkan bayi yang sedang rewel ataupun ketika kita ingin meluangkan waktu sebentar untuk istirahat dan juga mandi. Karena tidak bisa dipungkiri, menjaga anak agar tetap terhibur selama 24 itu cukup sulit apalagi tanpa bantuan pengasuh.
Apakah Moms salah satunya? Jika iya, segera angkat Si Kecil dari depan layar TV dan titipkan pada Dads agar Moms punya waktu untuk mandi.
Baca Juga : Tips Memilih Pengasuh Anak menurut Nanny Care ID
Apa bahayanya bayi menonton TV?
Para ahli mengatakan, membiarkan bayi menonton TV atau menggunakan perangkat seluler lainnya sebelum usianya genap 18 bulan merupakan ide yang buruk.
Menurut penelitian, terlalu banyak menonton TV dapat menyebabkan masalah pada bayi, mulai dari terhambatnya perkembangan otak, berkurangnya stimulasi otak, kesulitan belajar, sulit tidur, dan tidak fokus, mempengaruhi perkembangan bahasa dan keterampilan membaca, juga memori jangka pendek.
Tapi sayangnya, dari survey yang dilakukan American Academy of Pediatrics (AAP), didapati 92.2% anak usia 1 tahun sudah menggunakan perangkat seluler – bahkan beberapa anak mulai di usia yang sangat muda yaitu saat usia 4 bulan.
Umumnya, menonton TV dan screen time melibatkan anak-anak yang lebih tua, bukan bayi. Oleh karena itu, orang tua bisa membaca jurnal penelitian seputar anak sebagai referensi tentang bagaimana paparan layar TV dan perangkat seluler dapat mempengaruhi bayi.
Berikut adalah penjelasan mengapa menonton TV berbahaya bagi bayi:
Baca Juga : Simak, Ini Dampak Jika Anak Sering Bergadang !
1. Mengganggu perkembangan otak bayi
Penelitian mengatakan, 80% pertumbuhan otak anak terjadi selama 1000 hari pertama kehidupannya. Rentang waktu ini biasanya disebut juga dengan periode emas perkembangan otak anak.
Pada penelitian dari studi tahun 2019 yang melibatkan 47 anak usia 3 sampai 5 tahun yang terpapar layar lebih dari 1 jam sehari (sesuai rekomendasi dari AAP), menemukan bahwa anak-anak usia prasekolah ini memiliki ukuran yang lebih rendah dari organisasi mikrostruktur dan mielinisasi saluran materi putih otak yang mendukung bahasa dan keterampilan literasi yang muncul, dan juga rendahnya penilaian kognitif yang sesuai.
Berdasarkan temuan penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa waktu menonton atau screen time harus dihindari sebelum usia lima tahun, yaitu ketika jaringan otak berkembang pesat.
2. Menyebabkan keterlambatan bicara (speech delay)
Menurut sebuah studi tahun 2017, dengan hanya menempatkan bayi di depan layar sudah cukup untuk menunda perkembangan bahasa.
Hal ini disebabkan karena apa yang ia dengarkan dari layar tersebut diterima secara pasif. Jadi Si Kecil tidak bisa berinteraksi secara aktif seperti layaknya sedang mengobrol dengan Moms.
Normalnya, orang tua bicara sekitar 940 kata perjam ketika sedang bersama bayi. Tapi ketika orang tua di depan layar, jumlahnya menurun menjadi 770 kata.
Namun, ketika anak sudah berusia 2 tahun, hal ini tentu berubah. Di usia ini anak bisa belajar beberapa keterampilan dari TV melalui tontonan edukatif khusus anak-anak.
Karena biasanya, tontonan edukatif dirancang dengan baik sehingga dapat mengajarkan anak mengenal huruf, angka, sains, pemecahan masalah, dan perilaku prososial (menolong, berbagi, persahabatan, dll).
Selain itu, anak juga belajar lebih banyak dari program interaktif seperti Dora the Explorer ketika mereka menjawab pertanyaan dari karakter tersebut. TV sebenarnya dapat membuat peningkatan yang bagus bagi anak untuk belajar dirumah paling tidak dapat merangsang secara intelektual.
Baca Juga : Waktu yang Tepat Mengajarkan Bahasa Asing Pada Si Kecil
3. Mempengaruhi waktu tidur
AAP mengatakan, meningkatnya paparan layar saat malam hari pada bayi dipercaya bisa mempengaruhi waktu tidur. Selain itu, mereka mencatat bahwa bayi yang terpapar layar dimalam hari memiliki durasi tidur yang lebih pendek daripada bayi yang tidak terpapar layar di malam hari.
4. Kehilangan kesempatan untuk berinteraksi
Interaksi sosial adalah cara yang bagus untuk bayi mengenal lingkungannya. Setiap kali Si Kecil berinteraksi dengan Moms, ia mencapai tonggak perkembangannya. Namun, jika ia terpaku pada layar TV, ia akan kehilangan perkembangan ini.
Pada usia 4 bulan bayi sudah bisa mengoceh (cooing) dan berusaha untuk menirukan suara. Ini adalah upaya bayi dalam berkomunikasi, dan orang tua seharusnya mendorongnya sebaik mungkin.
Ketika ia mulai menirukan suara, ulangi kata tersebut dan perkenalkan kata-kata sederhana yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Jangan bosan untuk mengajak Si Kecil ngobrol ya Moms! Lakukan percakapan dengan Si Kecil secara santai saja Moms, beri ia waktu untuk mengoceh dan tanggapi ketika ada jeda dalam mengoceh.
Bayi tidak hanya berkomunikasi lewat kata-kata, ekspresi wajah juga bisa menjadi cara lain untuk berkomunikasi dengannya.
Kapan waktu yang tepat untuk bayi bisa menonton TV?
Para ahli setuju untuk tidak mengenalkan TV atau perangkat seluler lainnya untuk screen time sebelum anak genap berusia 18 bulan.
Bagi orang tua yang ingin mengenalkan TV pada bayi yang berusia 18 bulan hingga 24 bulan, AAP merekomendasikan untuk melakukannya bersama-sama (orang tua dan bayi duduk dan menonton TV bersama). Anak seusia mereka tidak boleh menonton TV sendirian.
AAP juga menekankan pentingnya menghindari anak usia dibawah 18 bulan untuk mengakses perangkat seluler lainnya sendiri – kecuali dengan pengawasan orang tua.
Baca Juga : Pentingya Membatasi Penggunaan Gadget pada Si Kecil Agar Tidak Kecanduan
Hal yang bisa dilakukan bersama bayi selain menonton TV
Pada saat bayi berusia 4 bulan, ini adalah waktu yang baik untuk mulai mengajarkannya bagaimana cara menghibur diri sendiri dengan mainan, buku dan kegiatan lainnya. Melakukan aktivitas seperti itu akan mendorong perkembangan bayi lho, Moms.
Mengapa mulai dari usia 4 bulan? Karena pada usia ini, bayi sudah mulai bisa mengasah kelima indranya, memahami dan belajar lebih dari apa yang mereka dengar, lihat, dan rasakan.
Ada banyak sekali kegiatan yang bisa Moms lakukan bersama bayi. Kalau Moms bingung harus mulai dari mana, ini dia beberapa contoh kegiatan yang bisa diikuti.
Baca Juga : Usia yang Pas untuk Si Kecil Masuk Sekolah
- Membaca buku bersama bayi. Untu jenis buku yang cocok untuk bayi, Moms bisa pilih board book, soft book, buku bergambar, atau buku yang bertekstur.
- Menari dan bernyanyi sambil menggendong bayi.
- Menjelajahi taman belakang rumah untuk mengenalkan tekstur baru seperti rumput, tanah, dll.
- Mengajarkan bahasa isyarat sederhana seperti kiss bye dan melambaikan tangan untuk menyapa orang lain.
- Pergi jalan-jalan ke ke kebun binatang. Sembari melihat-lihat binatang, sebutkan juga nama-nama mereka.
- Bermain cilukba dengan cermin.
- Berjalan keluar rumah untuk melihat macam kendaraan yang berlalu lalang sambil menyebutkan namanya. Minta juga bayi untuk menunjukkan kendaraan tersebut.
Untuk mendorong aktivitas fisik dan gaya hidup sehat, WHO merekomendasikan bahwa bayi dibawah usia 1 tahun harus:
- Aktif secara fisik beberapa kali sehari, seperti merangkak di lantai atau playmat untuk melatih keterampilan motorik bayi – baik di lantai yang keras, lembut dan berbagai jenis permukaan lainnya termasuk yang tidak rata.
- Tidak menahan bayi di gendongan, kursi tinggi atau dorongan bayi lebih dari 1 jam. Lebih baik biarkan ia bereksplorasi dengan sekitarnya.
REFERENSI:
Parenting science (2021). Effects of television on children learning speech. Diakses pada 14 Januari 2022.
KidsHealth (2017). Parents. Your Baby’s Hearing, Vision, and Other Senses: 4 Months. Diakses pada 14 Januari 2022.
Healthline (2020). Baby. Is My Baby Watching TV Really A Problem?. Diakses pada 14 Januari 2022.
Healthy Children (2019). Media. Why to Avoid TV for Infants & Toddlers. Diakses pada 14 Januari 2022.
Firstcry Parenting (2021). Safety Babies Watching TV – Effects and Safety Tips. Diakses pada 14 Januari 2022.